Penemuan Fosil Gajah Ini Ungkap Praktik Jagal Tertua Manusia
Kepriau, PaFI Indonesia — Penemuan fosil gajah mengungkap praktik penjagalan tertua yang pernah dilakukan manusia terjadi pada sekitar 400 ribu tahun lalu di India. Simak penjelasannya.
Sebuah penelitian dari tim ilmuwan mengungkap bahwa sekitar 300,000 hingga 400,000 tahun lalu, di wilayah Lembah Kashmir, Asia Selatan, setidaknya tiga gajah purba tewas di tepi sungai. Penemuan ini menjadi bukti awal nenek moyang manusia telah melakukan jagal hewan di India.
Fosil-fosil tersebut pertama kali ditemukan pada tahun 2000 di dekat Pampore. Namun identitas spesies, penyebab kematian, serta tanda-tanda aktivitas manusia belum terungkap hingga penelitian ini.
Advait Jukar, kurator paleontologi vertebrata dari Museum Sejarah Alam Florida, bersama tim peneliti telah merilis dua studi yang membahas penemuan dari situs ini.
Penelitian pertama menunjukkan serpihan tulang gajah yang dihasilkan oleh manusia purba. Selain itu, fosil ini termasuk sangat langka.
Mereka diduga memecahkan tulang untuk mengambil sumsum, yang kaya akan energi. Ini menjadi bukti paling awal aktivitas jagal hewan di India. Sebelumnya, bukti serupa hanya berumur kurang dari 10.000 tahun.
“Mungkin saja orang-orang tidak cukup teliti mengamati atau mengambil sampel di tempat yang salah,” kata Jukar, melansir Science Daily, Senin (21/10).
Dalam penelitian kedua, tim peneliti mengidentifikasi bahwa tulang-tulang tersebut berasal dari spesies gajah yang telah punah yaitu Palaeoloxodon turkmenicus. Gajah ini memiliki berat dua kali lipat dibanding gajah Afrika modern.
Fosil yang ditemukan kali ini juga lebih lengkap dibanding temuan sebelumnya dari spesies yang sama.
Menariknya, hanya satu fosil hominin, yaitu “Manusia Narmada” yang pernah ditemukan di sub benua India. Fosil ini menandai pentingnya wilayah ini dalam penyebaran manusia purba. Sebelum penemuan ini, para paleontolog hanya memiliki artefak alat batu untuk memperkirakan keberadaan nenek moyang manusia di sana.
Alat-alat batu yang digunakan untuk membelah tulang-tulang gajah di situs Pampore terbuat dari basal, batu yang tidak ditemukan di daerah setempat. Ini mengindikasikan bahan mentahnya dibawa dari tempat lain dan baru kemudian diolah menjadi alat di lokasi tersebut.
Berdasarkan cara pembuatannya, diperkirakan alat-alat tersebut berusia antara 300.000 hingga 400.000 tahun.
Mayoritas fosil gajah yang ditemukan berasal dari seekor gajah jantan dewasa. Bagian dalam tengkoraknya menunjukkan pertumbuhan tulang abnormal yang kemungkinan disebabkan oleh infeksi sinus kronis.
Meski tidak ada bukti langsung seperti ujung tombak tertancap di tulang, manusia purba mungkin telah menemukan bangkai gajah yang mati karena penyakit atau terjebak di sedimen lunak dekat Sungai Jhelum.
“Sekarang kita tahu pasti, setidaknya di Lembah Kashmir, hominin-hominin (manusia purba) ini memakan gajah.” jelas Jukar.
Menurut Jukar, masih banyak bukti jagal hewan oleh manusia purba yang mungkin belum ditemukan. Dia menegaskan pentingnya pencarian lebih ekstensif dan pengumpulan semua bukti,
termasuk serpihan tulang yang hancur yang dapat memberikan petunjuk aktivitas manusia.
“Hal yang saya sadari setelah bertahun-tahun adalah bahwa Anda hanya perlu lebih banyak upaya untuk pergi dan menemukan lokasi, dan Anda pada dasarnya perlu mensurvei dan mengumpulkan semuanya,” tutur Jukar.